Covid 19 dan Sepak Bola; Suatu Analisis Cocologi.


Sebagai penikmat Sepakbola, tinggal di rumah terasa garing, selama masa pandemik. Gara-gara covid 19 ini, seluruh tayangan sepak bola dihentikan. Padahal, tontonan inilah yang membuat saya rutin membuka TV di akhir pekan. Dasar corona! Dia merenggut kenikmatan itu. Siaran TV menjadi tidak menarik. Apalagi, setiap membuka chanel berita, isinya tentang corona dengan berbagai spekulasinya. 

Ada banyak sekali teori di balik Covid-19. Sebagian besar cocologi. Sebuah madzhab berfikir yang sedang trend dan memporak-porandakan logika.

Apalagi teori konspirasi. Seluruh argumen yang disampaikan berdasarkan pada pencocokan fenomena alias cocologi.

Gara-gara itu, saya akhirnya tergoda untuk menggunakan analisis cocologi untuk melihat korelasi antara sepak bola dan peta pesebaran Covid. Saya melihat ada persamaan. Ada korelasi. Setidaknya menambah satu lagi perspektif yang absurd terhadap pesebaran Covid-19 ini. Kira-kira begini pertanyaannya “adakah pengaruh perkembangan industri sepakbola terhadap pesebaran Virus Covid di dunia?”. Hipotesis saya, iya. Korelasinya sangat kuat..

Bagaimana saya bisa membuktikannya? Ini yang saya mau jelaskan. Ingat, ya. Analisis yang saya gunakan adalah analisis cocologi.  

China adalah muasal virus ini. Di benua Asia. China adalah negara yang paling progressif dalam urusan Sepak Bola. Meski secara tradisional, prestasi China masih di bawah Jepang, Korsel dan Arab Saudi, namun dalam urusan industri sepakbola China yang paling maju. Para pemain Top Eropa menjadikan China sebagai destinasi. Sebut saja Oscar. Pemain Brazil yang masih produktif ini meninggalkan Chelsea untuk merumput di Shanghai SIPG. Paulinho sempat merumput di Guangzou Evergrande sebelum akhirnya kembali ke Eropa bersama Barcelona. Ronaldo dan Messi pun sempat digoda oleh klub-klub kaya dari China. Nah, jika virus ini berkembang di China, cocok kan? Masih ragu? Mari kita lihat selanjutnya.

Secara keseluruhan, hingga data WHO per 14 Juni 2020 negara terbanyak menderita Covid adalah Amerika Serikat dan Brazil. Ingat Brazil adalah negara tradisional sepak bola sedangkan Amerika Serikat adalah negara yang dalam dua dasawarsa terakhir sedang bergeliat di bidang Sepakbola. Beckham, Zlatan Ibra, Kaka rela menghabiskan masa-masa akhirnya di Amerika Serikat. Cocok kan kalau saya bilang, sepak bola dan covid-19 ini sangat korelatif. 

Trus Argentina? Hmmm (sambil garuk kepala) Nanti saya carikan coco-loginya. 

Ayo ke Eropa. Tengoklah negara yang diserang hebat oleh Covid-19. Italia, Spanyol, Inggris, Perancis, Jerman, Rusia, Turki adalah negara dengan basis sepakbola yang begitu kuat di dunia. Club-club dari negara inilah yang merajai Liga Champion. Sampai di sini, hipotesis saya mendekati kebenaran. Pasalnya negara-negara Eropa yang gurem sepakbolanya, gurem juga angka covidnya. Hanya ribuan. Sebut saja Islandia. Negara ini pernah melahirkan Eigudur Godjhonsen (pemain Chelsea dan Barcelona), tapi negaranya terbelakang dalam urusan Sepakbola. Negara ini paling cepat healing dari Covid-19. 

Trus, Portugal bagaimana? (iya-ya). 

Saya tidak mau berlama-lama di luar. Saya ingin menengok kejadian di negara kita. Seperti negara modern lainnya, sepakbola adalah ideologi  di negara kita. Kita punya basis-basis pendukung sepakbola yang fanatik. Keriuhan supporter sepak bola adalah pesona di tengah prestasi timnas yang tak kunjung meyakinkan. Apa hubungannya dengan covid-19? Mari kita bedah data-nya.  

Sumatera
Dalam konteks sepakbola nasional, PSMS Medan (Sumatera Utara), Semen Padang (Sumatera Barat), dan Sriwijaya FC (Sumatera Selatan) adalah klub mapan di  liga Indonesia. Ketiganya memiliki prestasi gemilang baik di era perserikatan maupun di era liga. Sriwijaya FC bahkan pernah mengawinkan juara Liga dan Piala Liga. Semen Padang pernah mencuri perhatian dengan menjuarai Liga Indonesia (kala itu Liga sedang dualism). Begitu pula, PSMS Medan. Meski belakangan prestasinya menurun, namun klub ini memiliki banyak legenda Sepakbola nasional. Iwan Karo-Karo adalah salah satu nama yang saya ingat dari PSMS ini. 

Menariknya, peta sebaran covid di Sumatera yang paling parah adalah di tiga provinsi itu. Data per tanggal 15 Juni 2020 menunjukkan jumlah kumulatif pasien positif Covid di Pulau Sumatera: Sumatera Selatan : 1448, Sumatera Utara: 932, Sumatera Barat 681, Kepri : 155, Bangka Belitung: 144, Jambi: 108, Bengkulu:  101, dan  Aceh : 27. Lihat, sangat korelatif kan?

Jawa
Pulau Jawa adalah episentrum Sepakbola Nasional. Persija Jakarta, Persebaya Surabaya, Arema, Persib, PSIS adalah nama penting dalam peta sepakbola nasional. Jika club ini yang bermain, maka akan diberi tajuk “big match atau super big match”. Apalagi Jawa Timur. Penuh dengan klub sepak bola hebat. Saya tidak perlu menceritakan detil prestasi klub-klub ini. Semua pecinta bola nasional pasti paham.

Nah, episentrum virus Covid-19 terbesar di Indonesia beredar di markas klub sepakbola besar ini. Data per tanggal 15 Juni 2020 menunjukkan Jakarta: 9120, Jawa Timur: 8063, Jawa Barat: 2623, Jawa Tengah: 2175, Banten: 1243, dan Jogjakarta 272. Lihat, daerah yang paling sedikit menderita Covid-19. Tidak ada club sepak bola besar di sana. Yang ada hanya PS Cilegon Banten. Di Jogja ada PSIM dan PSS Sleman yang wara-wiri di Liga Nasional. Tetapi, dua klub ini tidak bisa dibandingkan dengan klub-klub raksasa di Pulau Jawa. Nah, lo!

Kalimantan
Perkembangan sepakbola di Kalimantan juga mulai bergeliat. Ada tiga titik sentral sepakbola di sana. Kaltim, Kalsel, dan Kalteng. Nama klub Barito Putera, Borneo FC, Mitra Kukar, Persiba, PKT Bontang dan Kalteng Putra cukup familiar di kalangan pecinta bola. Tim dari Kaltim memiliki prestasi cukup bagus di tanah air. Namun belakangan prestasi tim asal Kalimantan agak seret.  

Nah bagaimana data Covid? Data per 15 Juni 2020 menunjukkan Kalsel: 1953, Kalteng : 631, Kaltim : 382, Kalbar : 268, dan Kaltara: 170.  Lagi-lagi virus covid tampaknya hanya senang berkembang biak di daerah yang sepak bola nya bagus. Di Kalbar ada Persipon (Pontianak). Di Kaltara, ada PSTK (Tarakan). Tetapi, nama ini tidak familiar di telinga saya dan mungkin juga penikmat sepak bola nasional. 

Sulawesi
Ada enam provinsi di Pulau Sulawesi. Namun hanya Sulawesi Selatan yang memiliki klub sepak bola legendaris di kancah sepak bola nasional, yaitu PSM Makassar. Entah kenapa, wilayah lain di pulau berbentuk K ini tidak bisa menghasilkan klub besar. Dulu, pernah ada Persma (Manado) dan Persmin (Minahasa) di Sulawesi Utara. Sekarang sudah hilang dari persaingan. Ada pula persigo (Gorontalo), PS Sandeq (Polman, Sulbar), Persipal (Palu, Sulawesi Tengah), dan Kendari FC (Kendari, Sulawesi Tenggara). Semua itu hanya dikenali secara lokal.  

Bagaimana pesebaran covid-19 di Pulau ini? Data per 15 Juni 2020 menunjukkan Sulawesi Selatan: 2941, Sulawesi Utara: 676, Sulawesi Tenggara, 286,  Gorontalo, 208, Sulawesi Tengah: 171, Sulawesi Barat, 98. Lihatlah, betapa jauhnya jarak pesebaran covid di Pulau Sulawesi ini. Mirip kan dengan peta sepakbolanya?

Papua
Papua dijuluki sebagai Brazil-nya Indonesia. Banyak pemain bertalenta muncul dari pulau Cenderawasih ini. Boaz Salossa adalah salah satu yang paling bersinar. Di Pulau ini ada beberapa klub sepak bola yang cukup dikenali di Indonesia. Persipura Jayapura tentu yang paling utama. Berbagai prestasi ditorehkan. Panggung Liga 1 terasa kurang enak tanpa melihat gocekan para pemain berkelas dari Persipura Jayapura. Provinsi Papua juga memiliki Persiwa Wamena, yang sudah mulai dikenal. Di Papua Barat, ada tiga klub yang mulai mencuri perhatian. Persman (Manokwari), Perserui (Serui), dan Persiram (Raja Ampat). Sayangnya ketiga klub ini belum menorehkan prestasi. Apalagi dibandingkan dengan Persipura. 

Bagaimana dengan pesebaran data Covid? Data per 15 Juni 2020 menunjukkan Papua: 1249. Papua Barat: 209.  Bisalah disebut mirip, kan? 

Kesimpulan
Data yang saya gunakan faktual. Dengan analisis cocologi saya bisa simpulkan, bahwa virus ini diciptakan oleh kekuatan di luar planet bumi yang cemburu dengan perkembangan sepak bola dunia yang sangat memesona. Mereka tidak bisa melakukan hal yang sama sehingga menciptakan virus ini untuk menyerang dunia. Tujuan mereka adalah penduduk bumi tidak boleh menikmati sepakbola.   

Semakin bagus prestasi dan industri sepakbolanya semakin kuat pula virus ini menyerang. Ini-lah kesimpulan umumnya. 

Bagaimana menjelaskan fenomena Argentina dan Portugal? Dua negara ini adalah negara sepak bola. Jumlah orang positif virus di Argentina sebanyak 32.772  dan Portugal sebanyak 37.036 (data per 15 Juni). Angka di Argentina jauh di bawah Brazil yang mencapai 800 ribuan atau negara sepakbola di Eropa yang mencapai angka ratusan ribu. Mengapa?

Begini. Meskipun alien yang menciptakan virus ini tidak menyukai perkembangan sepakbola dunia, namun mereka sangat menghormati Lionel Messi dan Cristiano Ronaldo. Saya pikir itu sudah cukup menjawab. 

Eh, sebelum saya dituduh ada-ada aja. Saya ingin mengatakan bahwa korelasi antara sepak bola dan virus ini adalah di industrinya. Sepak bola adalah simbol ekonomi. Negara-negara kaya akan memiliki platform sepakbola yang kuat.

Sepakbola adalah sekaligus potret masyarakat urban. 
Pergerakan manusia di kota urban sangat kuat. Transmisi manusia bergerak cepat di negara dengan basis ekonomi kuat. Data FAO pun menunjukkan bahwa virus ini menyerang negara berbasis ekonomi kuat. Nah, jika pergerakan virus ini serupa dengan peta sepak bola, itu karena kota-kota berbasis sepak bola adalah kota yang ramai dengan pergerakan manusia. 

@pepi al bayqunie. 
Pengagum Gus Dur

Komentar