Mengapa Teori Konspirasi Menarik?


Jerinx. Lelaki bertubuh kekar dan badan penuh tato sedang membara. Dia tampil di acara dialog salah satu teve nasional dengan percaya diri.

Aiman, sang host menjejalinya dengan pertanyaan yang agak menjebak, tetapi dia tetap di jalur pikirannya. Dia meyakini bahwa ada kekuatan besar dibalik hadirnya Covid-19 di dunia, termasuk Indonesia.  Covid-19 bukan penyakit alamiah tetapi rekayasa. Ini adalah pikiran khas peminat teori konspirasi.

Di akun IG-nya, lelaki Bali ini sangat bersemangat mengkampanyekan perlawanan anti-vaksin yang ditawarkan Bill Gates. Dia mengklaim bahwa vaksin ini adalah mata-rantai dari permainan bisnis. Dia ingin meyakinkan kepada publik Indonesia bahwa covid-19 adalah rekayasa untuk kepentingan bisnis. 

Sebelumnya, podcast Dedi Corbuzier menghadirkan lelaki bertato lainnya dengan tubuh yang lebih tirus, Young Lex. Seperti Jerinx, Young Lex juga meyakini bahwa ada kekuatan besar yang bermain di balik wabah Covid-19. Berbeda dengan Jerinx yang blak-blakan menyebut nama orang, Young Lex masih bermain aman dengan menyebut patron umum dari teori konspirasi. 

Cara berfikir berbasis teori konspirasi sebenarnya sudah sangat lama menghiasi otak kita. Diksi-diksi yang diproduksi negara biasanya dilawan dengan menggunakan teori ini. Istilah terorisme dan radikalisme atau apapun istilah yang diproduksi negara dengan mudah dipatahkan dengan teori konspirasi ini. 

Masih ingat kasus aktivis HAM, Munir? Para aktivis pendukung Munir meyakini ada konspirasi di balik kematiannya. Ketika Polycarpus didakwa sebagai pembunuhnya, para pendukung Munir tidak puas. Mereka menginginkan sesuatu yang lebih besar. Mereka mengklaim bahwa pembunuh sebenarnya belum terungkap. Pun kasus Novel Baswedan yang sampai hari ini masih diperdebatkan, meski pelaku sudah ditangkap. 

Basis Teori Konspirasi

Dasar pijakan teori konspirasi adalah “realitas itu dibentuk, diciptakan.”. Ini merupakan basis dari semua teori ilmu sosial. Siapapun yang belajar ilmu-ilmu humaniora percaya bahwa tidak ada yang benar-benar alamiah dalam realitas sosial. Seluruhnya bentukan. 

Yang berbeda adalah siapa/apa yang membentuknya. Ada yang menyebutnya interaksi antar simbol sebagai pembentuk realitas, ada pula yang menyebut relasi antar kelas. Ada yang menyebut bahwa realitas dibentuk oleh bahasa. Teori konspirasi menyebut bahwa realitas dibentuk oleh kekuatan dan kepentingan. Tujuannya adalah monopoli sumber kekuasaan, kebenaran, dan ekonomi. “The will to power and the will to truth", kata Nietzche. 

Teori konspirasi sebenarnya menarik. Ia muncul di saat kuldesak. Saat semua orang buntu dan membutuhkan pertolongan, segera. Teori ini datang mengajak melihat kedalaman dari suatu peristiwa yang tragis. Di ujung dari suatu tragedi, ada struktur kuasa yang mengontrolnya. 

Teori ini ingin menunjukkan satu titik celah di tengah kecemasan tentang situasi bahwa kita sedang dikerjai. Teori ini meyakini bahwa awal dan akhir dari satu tragedi bersumber pada titik yang sama. Yang datang dengan air untuk memadamkan api adalah pembakarnya. 

Covid-19 adalah tragedi yang massif. Situasi ini mengundang sejumlah analisis yang berbasis teori konspirasi. China sejak awal sudah dituduh sebagai biangnya. Virus ini adalah senjata biologis yang sudah lama dirancang untuk kepentingan China. Iran berbeda. Mereka menuding Amerika sebagai biang penyebaran Covid-19. Yang ramai sekarang, Bill Gates dituding sebagai aktor. Berita tentang ini sangat mudah ditemukan di media on-line saat ini. 

Seni dan Teori Konspirasi

Teori konspirasi tidak hanya berpengaruh dalam dunia politik global tetapi juga dunia seni. Dalam  dua dekade terakhir, teori konspirasi banyak dijadikan inspirasi dan paradigma dunia sastra dan film.

Contoh yang populer adalah novel Dan Brown, Angel and Demons. Film sequel Tom Cruise, Mission Imposible. Film sequel James Bond. Semuanya adalah film tentang konspirasi. 

Salah satu film Indonesia berjudul Alif Lam Mim juga mengadaptasi teori konspirasi. Film India Race 2-nya Saif Ali Khan, Race 3-nya Salman Khan, War-nya Hritik Roshan/Tiger Shroff dan P.K-nya Aamir Khan juga menggunakan platform teori konspirasi. 
Salah satu film Telugu berjudul Bodhidharma, Indian Kung Fu juga bercerita tentang konspirasi China untuk menghancurkan India melalui senjata biologis. 

Seluruh karya seni ini menyatakan secara eksplisit bahwa kekacauan dalam masyarakat  diciptakan oleh satu jaringan kekuasaan untuk kepentingan tertentu, agama, politik, dan (terutama) ekonomi. 

Film-film ini menarik dan menantang adrenalin. Kompleks dan punya efek kejut yang benar-benar di luar dugaan. Film-film ini menjelaskan bahwa orang yang berwajah baik, lugu, berprofesi sebagai pendeta, militer ternyata adalah aktor di balik kejahatan yang mengorbankan banyak orang. 

Film Angel and Demons yang dibintangi aktor watak Tom Hanks menunjukkan bahwa kejahatan dan pembunuhan terhadap para pendeta adalah rekayasa oleh seorang kepercayaan Pope dan bahkan pewaris Pope yang paling sempurna.  

Mengapa Menarik?

Cara kerja teori konspirasi adalah menemukan dan menentukan pola dari realitas yang berantakan. Hipotesisnya adalah "di setiap peristiwa yang massif dan terpola ada kekuatan yang mendesainnya". 

Para penganut teori konspirasi berkeyakinan peristiwa seperti Covid-19 adalah rekayasa. Diciptakan oleh kekuatan ekonomi global untuk menata ulang dunia sesuai dengan kepentingan mereka dan untuk mengontrolnya lebih kuat. Virus ini dibuat untuk menciptakan ketergantungan manusia terhadap satu kekuatan besar. 

Mereka menyusun argumen berdasarkan beberapa ‘fakta yang berpola’. Di acara TV itu, Jerinx menyebutkan angka kematian yang dimanipulasi. Situasi dibuat heboh agar ketakutan tercipta. Dengan begitu, vaksin dengan mudah diterima sebagai solusi satu-satunya. 

Kekuatan utama dari teori konspirasi adalah spekulasi. Para penganut ini sangat berani mengajukan narasi spekulatif nan bombastis untuk menguji hipotesisnya. 

Semakin spekulatif, teori konspirasi semakin menarik. Spekulasi sangat utama dalam teori konspirasi dan sekaligus menjadi daya jualnya. Spekulasi ini menjadi alat ukur untuk melihat reaksi publik.Semakin reaktif berarti spekulasi semakin mendekati ‘kenyataan’. 

Jerinx semakin yakin bahwa omongannya benar karena beberapa celotehnya di platform media sosialnya diretas. Bahkan ketika dialognya dengan dr. Tirta terganggu signal buruk, Jerinx meyakini bahwa itu bagian dari skenario pembungkaman.  

Beberapa media online juga sangat bersemangat menyerangnya. Itu juga diangap sebagai bagian dari strategi konspirasi untuk menghabisi resistensi. Situasi seperti ini justru sangat dinikmati oleh penganut teori konspirasi. 

Daya magis teori konspirasi terletak di ruang liminal. Ruang yang berada di antara spekulasi dan kenyataan. Ruang ini diciptakan untuk menentukan situasi dan mengontrol imajinasi publik. 

Teori konspirasi dalam banyak hal tidak berpretensi untuk mengubah spekulasi menjadi kenyataan. Dia hanya berpretensi mengubah paradigma terhadap realitas. Ini semacam pintu gerbang menuju revolusi. Semakin banyak yang percaya dengan spekulasi teori konspirasi, perubahan akan cepat terjadi. 

Kelemahan utama teori konspirasi adalah pembuktian. Tidak banyak dari teori konspirasi yang benar-benar bisa dibuktikan kepada publik. Sehingga, orang yang tidak percaya menyebutnya sebagai halusinasi. 

Teori ini biasanya hanya berhenti pada argumen di tingkat analisis. Tidak banyak yang benar-benar bisa membuktikan seperti para hero film-film di atas. Para penganut teori juga kadang-kadang kesulitan memberikan bukti yang kuat atas argumennya. Di situ letak kegagalannya. 

Ini karena pembuktian konspirasi hanya bisa dilakukan dengan kekuatan politik besar. Konspirasi bisa dilawan dengan konspirasi pula. 

Saya menduga Jerinx tidak sedang ingin benar-benar mengungkap fakta konspiratif di balik covid-19 ini. Jerinx terlalu kecil untuk melawan kekuatan global ini. Dia juga tidak memiliki kemampuan untuk membenarkan asumsinya tentang Bill Gates. 

Namun, dia sedang mengingatkan kita untuk percaya diri sebagai bangsa. Kalaupun vaksin adalah jawabannya, para ilmuwan kesehatan Indonesialah yang seharusnya berada di garda depan untuk melakukannya. 

Saya yakin peneliti kesehatan di Indonesia tidak kalah dibandingkan ilmuwan mancanegara. 

Oh, ya, Jerinx ternyata adalah drummer SiD (Superman is Dead). Band dengan genre alternatif yang marak di era 2000an. Sayangnya usia saya sudah lewat untuk menggemari hentakan lirik band alternatif yang kritis-kritis itu. 

Lagu SiD, Sunset di Tanah Anarki ternyata asyik juga. Tetapi, saya lebih menyenangi jenis pop rock ala Dewa 19 dan tentu sangat menggilai dangdut. Dari aliran alternatif ini,  satu lagu yang dulu saya pernah sukai. Lagu Honey-nya Shaggy Dog.  

Pepi Albayqunie
-Penggemar Gus Dur-

Komentar